Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Teknologi
Salam
Santun.
Semangat
Pagi!!! Hay, sahabat MME. Jumpa lagi dengan postingan saya di website/blog https://mmeaddres1922.blogspot.com/.
Sebelumnya
penulis berterima kasih atas kunjungannya ke blog saya. Rekam jejak Anda dengan
meninggalkan “komentar” di kolom komentar, boleh berupa kritik, saran, pesan,
maupun kesan Anda terhadap postingan kali ini.
Silahkan mencari informasi ataupun inovasi
di blog ini. Jangan lupa untuk berbagi atau “share” jika postingan saya dirasa bermanfaat.
Ok,
sahabat MME. Kali ini saya akan sedikit membahas tentang “Pendidikan
Lingkungan, Sosial, Budaya dan Teknologi”.
Selamat membaca!
PENDIDIKAN LINGKUNGAN, SOSIAL, BUDAYA,
DAN TEKNOLOGI
PENDAHULUAN
Di era globalisasi seperti sekarang
ini, sangat diperlukan manusia dengan daya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
tinggi untuk memenuhi kebutuhan di era ini. Manusia yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan
memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan seperti itu,
jalur pendidikan adalah langkah tepat untuk mengembangkan karakter dan SDM yang
unggul. Maka dari itu, mutu pendidikan harus ditingkatkan agar SDM yang
dimiliki mampu bersaing dengan SDM lain, baik dalam jangkauan wilayah nasional,
regional, dan internasional.
Dalam pendidikan, salah satu faktor
yang mempengaruhi SDM adalah mutu pendidikan itu sendiri. Saat sebuah lembaga
pendidikan memiliki kelemahan dalam banyak hal, maka mutu pendidikan di
sekolahan tersebut tergolong rendah. Dan itu sama berarti dengan daya SDM yang
dihasilkan juga rendah. Maka dari itu, perlu ditempuh berbagai cara untuk
meningkatkan mutu pendidikan diantaranya, yaitu pengembangan kurikulum,
peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, penyediaan dan
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, juga peningkatan kualitas
manajemen sekolah.
Untuk dapat melaksanakan tugas profesionalnya dengan
baik, calon guru harus memiliki empat standar kompetensi guru, yaitu (1)
kompetensi pedagogis, (2) kompetensi kepribaidan, (3) kompetensi sosial, dan
(4) kompetensi profesional. Kompetensi pedagogis adalah kompetensi guru yang
terkait dengan penguasaan materi tentang teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik, termasuk di dalamnya penguasaan materi tentang ilmu
pendidikan.
Pembahasan mengenai mata kuliah Pendidikan Lingkungan
Sosial Budaya dan Teknologi ini diharapkan dapat menjadi bekal para calon guru
tentang berbagai aspek yang terkait dengan konsep dan dasar-dasar ilmu-ilmu
pendidikan dalam kehidupan manusia.
HAKIKAT
MANUSIA
Manusia
sebagai mahluk yang tertinggi derajatnya dibandingkan dengan semua mahluk
ciptaan Tuhan. Namun manusia akan menjadi manusia seutuhnya jika ia hidup dan
diasuh dengan cara manusia. Contoh: cerita Kama dan Kamala, mahluk manusia
serigala.
Manusia
dapat disebut sebagai mahluk pembelajar. Dengan otaknya, manusia mengembangkan
dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Hasil karya manusia selalu
berubah dan berkembang dari zaman ke zaman. Bedakan sarang burung dan rumah manusia. Bandingkan
antara tangga rumah panggung di Kalimantan dengan eskalator atau lift di gedung bertingkat di kota-kota
besar.
KEHIDUPAN
DAN PENDIDIKAN
Kehidupan pada hakikatnya sebagai proses
pendidikan yang sebenarnya (the true
educational process).
Education is not
preparation for life; education is life it self.
Pendidikan bukanlah persiapan untuk
kehidupan; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.
- John Dewey -
Proses pendidikan telah membentuk
manusia secara individual. Proses pendidikan pulalah yang telah membentuk
manusia sebagai komunitas, atau bahkan sebagai bangsa dan negara. Kita dapat
belajar dari sejarah kehidupan suatu bangsa, katakanlah bangsa Jepang, yang
melatarbelakangi manusia yang bagaimana yang telah dihasilkan. Ternyata,
kemajuan suatu bangsa tidak ditentukan oleh melimpahnya kekayaan alamnya,
tetapi oleh kegigihan bangsa itu dalam perjuangan hidupnya.
Manusia memang unik. Manusia yang
berhasil karena tempaan kesulitan hidupnya. Tempaan hidup dapat berupa
pengalaman, bahkan berupa cobaan hidup yang menderanya. Mereka yang tahan
terhadap tempaan hidup ini akhirnya akan membentuk diri manusia yang
sesungguhnya.
KEBUDAYAAN DAN
PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan proses transformasi budaya. Pendidikan
merupakan proses pewarisan budaya, dan sekaligus pengembangan budaya.
Education enables people and societies to be what they can be.
Pendidikan membuat manusia dan masyarakat menjadi apa yang mereka
inginkan.
- Bill Richardson -
Untuk mewariskan budaya tersebut,
proses pendidikan dilakukan melalui tiga upaya yang saling kait mengait, yaitu:
(1) pembiasaan (habit formation), (2)
proses pengajaran dan pembelajaran (teaching
and learning process), dan (3) keteladanan (role model). Secara lebih lengkap, bacalah tulisan Fuad Hassan,
mantan Mendikbud, dalam buku referensi Pendidikan Manusia Indonesia
(Widiastono, 2004: 52).
Immanuel Kant menyebutkan bahwa manusia
merupakan animal educancum dan animal educandus, mahluk yang dapat
dididik dan dapat mendidik. Oleh karena itu, maka sama sekali tidak benar jika
ada pernyataan yang menyatakan bahwa “anak itu tidak dapat dididik”. Tidak!
Proses dan metode yang digunakanlah yang kemungkan tidak tepat digunakan.
Justru anak manusia akan menjadi manusia jika melalui proses pendidikan,
melalui ketiga upaya tersebut.
Manusia adalah pengemban budaya (culture bearer), dan dia akan mewariskan
kebudayaannya tersebut kepada keturunannya. Proses pendidikan tidak lain
merupakan proses transformasi budaya, yakni proses untuk mewariskan kebudayaan
kepada generasi muda.
Pengertian pendidikan jauh lebih luas
dari pengertian pengajaran. Proses pendidikan bukan hanya sebagai pengalihan
pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik (transfer of knowledge and skills) tetapi juga pengalihan
nilai-nilai sosial dan budaya (transmission
of social and culture values and norms).
TEORI
PENDIDIKAN
A. Teori Pendidikan Empirisme
Teori empirisme berlawanan dengan teori
nativisme. Jika teori nativisme berpendapat bahwa proses pendidikan amat
tergantung kepada bakat dan kemampuan anak, maka teori empirisme berpendapat
bahwa lingkungan anak akan sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan anak.
Tokoh yang mendukung teori empirisme
antara lain adalah John Locke dan David Hume. Dalam hal ini, David Hume amat dikenal dengan teori
tabula rasa.
Teori ini berpendapat bahwa
keberhasilan peserta didik akan ditentukan oleh lingkungan yang mempengaruhi
sang anak, sejak ia lahir sampai ke liang lahat.
Teori ini menyarankan kepada pemerintah
dan masyarakat agar menyediakan lingkungan belajar yang kondusif untuk peserta
didik.
Penyadiaan fasilitas belajar yang
lengkap untuk memberikan sebanyak mungkin pengalaman belajar peserta didik.
B. Teori Pendidikan Konvergensi
Penggagas
teori ini antara lain adalah William Stern. Teori ini berpendapat bahwa selain
manusia itu memang telah dibekali potensi dasar berupa bakat dan kemampuan,
tetapi bakat dan kemampuan itu akan dipengaruhi oleh ruang (space) dan waktu
(time). Dalam hal ini, William Stern percaya bahwa sejak lahir
manusia telah memiliki potensi. Jika potensi ini diibaratkan dengan bibit
unggul, maka bibit unggul itu akan akan tumbuh secara optimal jika bibir itu
mendapatkan tempat persemaian yang subur, dan memperoleh rawatan secara
intensif.
Teori “dasar” dan “ajar” menurut Ki
Hajar Dewantara pada hakikatnya sama dengan teori konvergensi. Makna dasar
tidak lain adalah bakat dan kemampuan. Sementara ajar pada hakikatnya adalah
proses mempengaruhi peserta didik, baik dari lingkungan maupun proses
pembelajaran dan pengajaran di lembaga pendidikan, baik pendidikan formal,
nonformal, maupun informal. Proses pendidikan menurut teori ini
LINGKUNGAN
PENDIDIKAN
Lingkungan pendidikan dikenal juga
sebagai miliu pendidikan. Dalam teori empirisme, miliu pendidikan dipercaya
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan proses pendidikan.
Sementara teori nativisme menafikan pengaruh lingkungan pendidikan, karena
bakat dan pembawaan peserta didik dinilai mempunyai pengaruh lebih dominan
terhadap proses pendidikan. Bagaimana pun juga teori konvergensi sangat
mengakui pengaruh antara keduanya, yakni bakat dan pembawaan serta pengaruh
lingkungan pendidikan.
Lingkungan pendidikan antara lain
berupa: (1) keadaan alam, misalnya pinggir pantai, daerah pedalaman,
pegunungan; (2) kondisi sosial ekonomi masyarakat, misanya keadaan sosial
ekonomi yang rendah, mata pencaharian penduduk dalam bidang pertanian,
perkebunan, industri, perdagangan, jasa, dan sebagainya.
Lingkungan pendidikan pada hakikatnya
dapat menjadi sumber pembelajaran. Teori pembelajaran konstruktivisme
mengajarkan kepada kita bahwa peserta didik harus dapat membangun pemahaman
sendiri tentang konsep yang diambil dari sumber-sumber pembelajaran yang
berasal dari lingkungan sekitar siswa.
Proses pendidikan seharusnya dapat
menjadi agen pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, misalnya dalam
pengembangan sosial ekonomi masyarakat agar warga masyarakatnya lebih hemat,
gemar menabung, memiliki jiwa demokratis, dan menghormati hak azasi manusia,
cinta damai dan menjunjung nilai-nilai kebersamaan, menanamkan semangat kerja
keras, semangat antikorupsi, dan masih banyak lagi yang lainnya
NILAI-NILAI
SOSIAL BUDAYA
Di dunia ini terdapat negara yang maju,
di samping negara yang miskin. Pertanyaan mendasar yang muncul kemudian adalah
faktor apa yang menyebabkan negara itu telah berkembang menjadi negara yang
maju, sementara yang lain tidak? Apakah karena faktor (1) umur negara itu, (2)
sumber daya alamnya, atau (3) faktor rasnya.
Ternyata, masyarakat negara yang maju
memiliki nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi dan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai
sosial budaya masyarakat itu adalah sebagai berikut.
1.
Etika, sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari
2.
Kejujuran dan integritas
3.
Bertanggung jawab
4.
Hormat pada aturan & hukum masyarakat
5. Hormat pada hak orang/warga lain
6.
Cinta pada pekerjaan
7.
Berusaha keras untuk menabung & investasi
8.
Mau bekerja keras
9.
Tepat waktu
KEBUDAYAAN
DAN TEKNOLOGI
Budaya
atau kebudayaan berasal dari
Bahasa Sanksekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan atau dihasilkan
dari budi dan akal manusia. Dalam Bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Bahasa Latin colere, yang artinya mengolah atau
mengerjakan. Dalam hal ini kebudayaan diartikan sebagai usaha mengolah tanah
atau bertani. Culture sering
diterjemahkan dengan "kultur" dalam bahasa Indonesia. Misalnya
monokultur artinya pertanian dengan satu macam jenis tanaman. Sebaliknya,
polikultur artinya pertanian dengan beberapa macam tanaman.
Koentjoroningrat menyebutkan adanya 7
(tujuh) unsur kebudayaan, atau yang disebut sebagai faset-faset kebudayaan atau
“mata bajak” kebudayaan, yakni: (1) sistem kepercayaan, (2) sistem kekerabatan
dan organisasi sosial, (3) sistem mata pencarian hidup, (4) bahasa, (5) sistem
ilmu pengetahuan, (4) kesenian, dan (7) peralatan dan perlengkapan hidup
(teknologi).
PENGERTIAN
LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN TEKNOLOGI
Lingkungan yang dimaksud adalah
orang-orang yang ada disekitar baik secara individu, kelompok, maupun masa dan
masyarakat yang terkait mengenai sosial, budaya dan teknologi.
Ruang lingkup kahian pendidikan
lingkungan social budaya dan teknologi, ialah:
1. Ilmu
jiwa individu sebagai anggota kelompok/masyarakat dan perilakunya dalam
kegiatan-kegiatan social.
2. Penduduk
(pertambahan penduduk dan permasalahannya) dampak peledakan penduduk dan
pengaruhnya terhadap kehidupan.
3. Pengertian
kebudayaan dan kepribadian, proses terjadinya kebudayaan.
Pendidikan harus
memperhitungkan nilai-nilai sosial budaya manusia disebabkan karena hal yang
dijelaskan sebagai berikut.
1. Bahwa di dalam masyarakat terdapat tata kehidupan yang beraneka
ragam.
Didalam masyarakat memang
terdapat begitu banyak tata kehidupan berupa aturan-aturan dan norma-norma yang
diberlakukan dan dipatuhi oleh masyarakat karena memiliki nilai-nilai
pembentukan kepribadian, berupa norma moral, tradisi, adat kebiasaan, dan
aturan sosial.
2. Bahwa kepentingan individu yang satu tidak sama dengan
kepentingan individu yang lain.
Didalam masyarakat begitu
banyak individu. Individu-individu tersebut mempunyai kepentingan dan tujuan
hidup sendiri-sendiri, dan mempunyai cara serta jalan hidup sendiri-sendiri
pula. Sehingga bila setiap individu tidak berhati-hati, maka kepentingan
individu yang satu akan bertabrakan dengan kepentingan individu yang lain.
3. Bahwa masyarakat itu sendiri selalu mengalami
perkembangan-perkembangan.
Masyarakat, betapapun
statisnya, cepat atau lambat pasti mengalami perubahan. Apalagi dengan
berkembangnya kebutuhan manusia yang semakin kompleks, diiringi ilmu
pengetahuan dan tekhnologi yang berkembang begitu pesat, serta perkembangan
kebudayaan manusia yang dari kehidupan tradisional ke arah kehidupan modern.
4. Bahkan akhir-akhir ini dengan kemajuan sains dan tekhnologi yang
dicapai manusia, menjadikan nilai-nilai sosial manusia mulai terkikis.
Hal ini dapat dilihat pada
konteks pekerjaan manusia yang menghendaki manusia bekerja menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk berinteraksi dengan pekerjaannya sehingga
menghilangkan sebagian waktunya untuk bergaul dan berinteraksi sosial dengan
lingkungan sosial budayanya. Apalagi dunia maya mulai ramai dengan hadirnya
“facebook” yang merupakan jejaring sosial yang semakin memarjinalkan manusia
dengan lingkungan sosialnya yang nyata, dimana terjadi saling bertukar
informasi dan pergaulan yang semu. Hal ini menjadikan nilai-nilai sosial
manusia semakin terpinggirkan.
NILAI-NILAI
SOSIAL BUDAYA SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN
A.
Keluarga sebagai Lingkungan Sosial Pendidikan
Kalau ditinjau dari ilmu
Sosiologi, keluarga adalah bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu
yang terikat oleh suatu keturunan, yakni kesatuan antara ayah, ibu, dan anak
yang merupakan satu kesatuan kecil dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat.
Anak lahir dalam
pemeliharaan orang tua dan dibesarkan di dalam keluarga. Orang tua secara otomatis
langsung memikul tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik awal yang bersifat
sebagai pemelihara, pengasuh, pembimbing, pembina, maupun sebagai guru dan
pemimpin terhadap anak-anaknya. Ini adalah tugas kodrati dari manusia sebagai
orang tua. Anak akan menyerap norma-norma pada anggota keluarganya. Sehingga
dari sinilah anak akan belajar tentang pendidikan dari suasana yang dibangun
dan diajarkan serta dicontohkan orang tuanya. Pendidikan itu berupa
kebiasaan-kebiasaan yang kemudian akan tertanam dalam memori anak untuk menjadi
bekal. Anak akan menyerap nilai-nilai yang ditanamkan dalam bentuk
pembiasaan-pembiasaan yang kemudian akan diaplikasikan dalam kehidupan sosial
dan bermasyarakatnya dikemudian hari kelak. Jika anak itu dibiasakan dan
diajari perbuatan-perbuatan baik, maka anak akan mengaplikasikan apa yang
diterimanya dalam kehidupannya, begitupula sebaliknya.
Pendidikan keluarga
adalah juga pendidikan sosial, karena disamping keluarga itu sendiri sebagai
kesatuan kecil dari bentuk kesatuan-kesatuan masyarakat sosial, pendidikan
keluarga yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya sesuai dan dipersiapkan
untuk kehidupan anak-anaknya di masyarakat kelak. Sehingga pembentukan karakter
anak di lingkungan pendidikan keluarga yang sangat positif, akan berpengaruh
terhadap warna pendidikannya dimasayarakat.
B. Sekolah sebagai Lingkungan Sosial Pendidikan
Sekolah sebagai
lingkungan sosial budaya, memegang peranan penting dalam pendidikan karena
pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Dengan sekolah, anak akan memperoleh
pendidikan berupa pemahaman ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dan merupakan
wahana lanjutan dari pendidikan keluarga. Di sana anak akan bersosialisasi
dengan lingkungan sosial yang lebih besar dan banyak dibandingkan lingkungan
keluarganya yang terdiri dari jumlah masyarakat kecil.
Anak akan berada
pada lingkungan dimana dia tidak lagi hanya dengan kedua orang tuanya, tetapi
dengan teman-teman dengan berbagai tipe, dan lingkungan pendidikannya yang
telah jauh berbeda dengan keadaannya di dalam lingkungan keluarga. Anak akan
merasakan bagaimana berbagi, bagaimana menahan keinginan-keinginan, bagaimana
beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan masih asing baginya serta
aturan-aturan yang lebih luas cakupannya dibandingkan yang ada dalam
keluarganya.
Dengan demikian
mengingat cukupnya waktu dan pentingnya fungsi sekolah dalam ikut serta
membentuk kepribadian anak, maka pendidikan di sekolah harus bersifat
menyeluruh. Mengapa demikian? Karena pendidikan yang hanya berorientasi pada
intellectualistisch saja adalah kurang efektif, menghianati nilai-nilai
psychology anak, bahkan bisa menghambat pertumbuhan rohani anak yang merupakan
satu kesatuan utuh dari perkembangan manusia, dan akan melahirkan sistem
rasionalisme pada anak tanpa pertimbangan nilai-nilai moral yang pada akhirnya
tercipta anak yang individualistic.
C. Masyarakat sebagai Lingkungan Sosial Pendidikan
Kelompok-kelompok
masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih dan bekerjasama di bidang
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu adalah merupakan sumber pendidikan bagi
warga masyarakat, seperti lembaga-lembaga sosial budaya, yayasan-yayasan,
organisasi-organisasi, perkumpulan-perkumpulan, yang kesemuanya itu merupakan
unsur-unsur pelaksana asas pendidikan masyarakat. Kesemua kelompok sosial
tersebut merupakan unsur-unsur pelaku atau pelaksana asas pendidikan yang
dengan sengaja dan sadar membawa masyarakat kepada kedewasaan, baik jasmani
maupun rohani yang realisasinya terlihat pada perbuatan dan sikap kepribadian
warga masyarakat.
D. Norma Sosial Budaya sebagai Bagian dari Proses
Pendidikan.
Masalah
pendidikan di keluarga dan sekolah tidak bisa terlepas dari nilai-nilai sosial
budaya yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat,
dimanapun berada tentu mempunyai karakteristik tersendiri sebagai norma khas di
bidang sosial budayanya yang berbeda dengan karakteristik masyarakat lain,
disamping norma-norma yang berlaku secara universal.
Di masyarakat
terdapat norma-norma sosial budaya yang harus diikuti oleh warganya, dan
norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warga masyarakatnya
dalam bertindak dan bersikap. Norma-norma masyarakat yang berpengaruh tersebut
sudah merupakan aturan-aturan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Pewarisan yang dilakukan secara sadar dan memiliki tujuan ini sudah merupakan
proses pendidikan masyarakat.
Setiap negara
memiliki sistem pendidikan Nasional yang berbeda-beda, yang pada intinya
terlahir dan dijiwai oleh sosial budaya bangsanya. Setiap aspek sosial budaya
tersebut selalu sarat dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang melalui
sejarah peradaban bangsa tersebut sehingga mewarnai gerak hidup negara
tersebut, begitu juga dengan bangsa Indonesia.
KEBIJAKSANAAN
MENGATASI MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
1. Berusaha
memperkecil angaka kelahiran dan memperkecil angka kematian.
2. Pemerataan kesehatan, yaitu dengan memperbanyak
puskesmas, apotik, perkumpulan KB, posyandu, dsb. Termasuk memperbanyak tenaga
medis, seperti dokter, perawat, bidan, analisis kesehatan, apotik, dsb.
3. Memperbanyak
lapangan kerja, baik bidang industry, perdagangan, pertanian, perkebunan,
perikanan, dan pembangunan.
4. Pemerataan
dan peningkatan kualitas pendidikan sehingga semua anak usia sekolah dapat
diterima di bangku sekolah dan bagi yang mampu dapat melanjutkan ke pendidikan
keahlian dan keperguruan tinggi.
KESIMPULAN
Selain menjadi sarana dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, guru juga dituntut untuk memberikan mengajaran mengenai
social budaya dan teknologi, agar siswa dapat mengembangkan diri secara penuh
dan memiliki karakter yang bagus untuk bersaing di dunia globalisasi. Namun,
semua hal tidak akan terwujud bila hanya mengandalkan satu atau dua pihak, maka
semua pihak terlibat dalam pengembangan potensi SDM.
DAFTAR
PUSTAKA
Suparian. 2012. Modul Pendidikan Sosial Budaya dan Teknologi. Jakarta: Universitas
Tama Jagakarsa.
Sulaiman, Annukman. 2007. Pemahaman Lingkungan Sosial Budaya dan
Teknologi. Bandar Lampung: STKIP
PGRI Bandar Lampung.
Nah,
sahabat MME. Itulah pembahasan dan postingan kali ini. Semoga bermanfaat. (Note: Boleh copas tapi
tolong lampirkan website saya sesuai
dengan ketentuan daftar pustaka yang
berlaku, ya! Jadilah pembaca dan
pengunjung yang cerdas!)
Oh
ya, sahabat MME. Saya ingatkan lagi ya. Rekam jejak Anda dengan meninggalkan “komentar” di
kolom komentar, boleh berupa kritik, saran, pesan, maupun kesan Anda terhadap
postingan kali ini. Jangan lupa untuk berbagi atau “share” jika postingan saya dirasa bermanfaat. Terima kasih atas
kunjungannya.
Salam
Santun.
Temukan informasi, materi pembelajaran, maupun
pembahasan-pembahasan dalam postingan saya di https://bjaseda-kita.blogspot.com/ atau https://mmeaddres1922.blogspot.com/.
Bengkulu
Selatan, 29 Februari 2020.
Komentar
Posting Komentar